Senin, 26 Mei 2014

Tanggapan PUNK aceh setelah dibina

Kapolda Aceh yang didampingi Kepala Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (WH) Aceh Khalidin Lhong, menyempatkan diri berdialog dengan puluhan anak punk yang tidak hanya berasal dari Aceh, tapi juga ada dari Medan (Sumut), Palembang (Sumsel), Lampung, dan Jambi. Kapolda juga menanyakan apakah ada yang menyakiti selama berada di SPN Seulawah, "Tidak ada, kami senang dan berterima kasih kepada pembina yang telah mengarahkan kami," jawab anak punk tersebut.
Sebanyak 65 anak Punk yang sebelumnya terjaring razia penertiban aparat kepolisian, Satpol PP dan WH di Taman Budaya Kota Banda Aceh pada 10 Desember 2011. Selanjutnya, pemerintah bersama pihak kepolisian memboyong anak punk tersebut ke SPN untuk menjalani proses pembinaan kembali. Keberadaan komunitas anak Punk di Banda Aceh bertentangan dengan budaya masyarakat Aceh yang Islami. Kapolda menegaskan, upaya pembinaan dari pemerintah dan pihak kepolisian terhadap komunitas anak punk di SPN itu tidak melanggar HAM karena mereka bukan ditahan dan tidak diperlukan sebagai kriminal. Enam Punkers putri tampak meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu berjudul "bunda" yang dibawakan secara bersama-sama di hadapan Kapolda Aceh dan pejabat pemerintah setempat. "Saya terharu karena teringat orang tua di Medan," kata Sarah salah seorang anak Punk dalam pembinaan. Sarah mengaku asal Bireuen, Aceh dan kini bersama orang tuanya menetap di Medan. Iwan anak punk asal Binjai, Sumut, mengatakan dirinya mulai merasakan kerinduan terhadap orang tuanya. (K-4) ---------------------------------------------------------- noh, punker2 aceh ini malah berterima kasih telah dibina oleh polisi. Banyak anak (yg ngakunya) PUNK koar2 soal ketidakadilan sosial. Tapi cm bisa koar2 doang, dirinya sendiri ga ada usaha buat ngerubah nasib. Saya dlu ada temen yg jd anak Punk, kerjanya cuma nongkrong di pinggir jalan, nyanyi2, mabok2, tidurnya diemperan. Yg begini ga bakaln berubah nasibnya. Ini yg harus dibina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar