Kawanan pencuri cyber yang
beroperasi di 27 negara membobol uang senilai 45 juta dollar, lewat
operasi canggih dengan kombinasi hacker dan kawanan yang bekerja di
lapangan, termasuk Indonesia. Pencurian besar-besaran itu berlangsung
sekejap kata jaksa penuntut di Brooklyn, New York.
Jaksa telah mengajukan tuntutan atas
para tersangka yang dituduh membentuk komplotan sel New York, yang
terbentang di 27 negara, atas tuduhan mengambil uang tunai, konspirasi
menyabot sistem komputer dan pencucian uang.
Tujuh dari delapan tokoh geng itu telah
ditangkap, demikian pernyataan kantor jaksa penuntut Amerika. Orang ke
delapan, Alberto Yusi Lajud-Pena, dijuluki “Nomor Satu” dan “Albertico”
dilaporkan terbunuh pada 27 April. Mereka mengganti senjata dan topeng
dengan menggunakan laptop dan internet.
Bobol Mesin ATM Indonesia
Menurut para pejabat, tuduhan pertama
atas geng itu adalah membobol sistem komputer berbagai perusahaan
multinasional, lalu berkeliling mencuri jutaan dollar dari ratusan mesin
ATM hanya dalam hitungan jam.
Jaksa penuntut menyoroti tingkat presisi
operasi dan kecepatan serta koordinasi yang dilakukan organisasi
pelaksana di lapangan. Kejahatan ini mengandalkan kombinasi hacker
yang canggih dan sel organisasi kriminal yang berperan menarik uang
tunai dari ATM secepat mungkin.
Para penjahat membobol sistem database
mesin debit pra bayar dan menarik uang tunai dari mesin ATM di 27 negara
termasuk Indonesia.
Aksi pertama dilakukan pada 22 Desember,
di mana para hacker mengambil 5 juta dollar dari 20 negara. Pada 19
Februari mereka menarik uang tunai 40 juta dollar dari 24 negara. Tujuh
diantaranya di New York.
Modus Sangat Canggih
Jaksa penuntut menyebut ada 6 fase dalam
kejahatan spektakuler ini. Fase pertama adalah dengan menyusup ke kartu
prosesor jaringan. Menggunakan malware, para hacker masuk ke jaringan
prosesor dunia Rakbank di Uni Emirat Arab dan Bank of Muscat di Oman.
Langkah kedua, para penjahat
menyingkirkan protokol keamanan dan memburu sistem kartu debit prabayar,
lalu menghapus batas rekening. Perlu waktu berbulan-bulan untuk masuk
ke dalam sistem itu, kata jaksa penuntut.
Fase ketiga adalah menciptakan kode
akses. Data dimasukkan ke dalam kartu plastik yang menggunakan sistem
magnetik yaitu sebuah kartu kunci hotel atau kartu kredit yang telah
habis masa berlakunya bisa dipakai, sejauh bisa dimasukkan data rekening
dan kode akses yang benar.
Langkah keempat, para anggota sel di
seluruh dunia mulai beraksi dengan membuat penarikan tunai berulang kali
di mesin ATM. Di New York saja, 750 transaksi dilakukan dalam waktu 2
jam dan 25 menit, dari 140 mesin ATM berbeda dengan total penarikan uang
senilai 400 ribu dollar, kata jaksa.
Fase kelima, para hacker tetap menjaga
akses ke bank untuk memantau uang tunai yang keluar, memantau penarikan
sampai pelanggaran itu ditemukan dan sistem dimatikan. Langkah terakhir
keenam adalah mencuci uang dan membagi-bagi hasilnya diantara mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar